Telinga adalah salah satu organ indra yang kompleks dan penting bagi kemampuan pendengaran kita. Namun, telinga dapat mengalami masalah kesehatan yang mengejutkan, seperti keluarnya cairan. Kejadian ini mungkin terasa mengganggu dan bisa menjadi tanda adanya kondisi medis serius. Yuk, kita ketahui penyebab telinga keluar cairan dan cara mengatasinya!

Trauma telinga dapat merusak gendang atau saluran telinga sehingga menyebabkan bocornya cairan, darah, atau infeksi
Penyebab Telinga Keluar Cairan
Telinga yang keluar cairan bisa menjadi gejala dari berbagai masalah medis. Berikut adalah beberapa penyebab umum dari telinga yang keluar cairan:
1. Otitis Media Akut Stadium Perforasi
Otitis Media Akut Stadium Perforasi adalah kondisi peradangan pada telinga bagian tengah yang berkembang dengan cepat dalam waktu kurang dari 3 minggu. Bakteri Streptococcus pneumoniae dan virus Haemophilus influenza umumnya menjadi penyebabnya. Gejala khas termasuk keluarnya nanah dari telinga, perubahan perilaku anak menjadi lebih tenang, penurunan suhu badan, dan riwayat infeksi saluran pernapasan sebelumnya.
Pengobatan melibatkan pencucian telinga dengan H2O2 3% selama 3-5 hari dan pemberian antibiotika yang sesuai. Dalam kebanyakan kasus, penyakit ini akan sembuh dalam 7-10 hari. Jika keluarnya cairan berlanjut lebih dari 3 minggu, kondisi ini dapat menjadi otitis media supuratif subakut. Bila berlanjut semakin parah dan cairan keluar lebih dari 2 bulan, kondisi tersebut dapat berkembang menjadi otitis media supuratif kronis (OMSK).
Baca Juga: Merasakan 5 Gangguan Pada Telinga Anda? Segera Periksakan ke dokter THT!
2. Otitis Media Supuratif Kronik
Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) merupakan kondisi peradangan kronis pada telinga tengah dengan gendang telinga pecah dan keluarnya kotoran telinga lebih dari dua bulan. Terdapat dua tipe OMSK, yaitu tipe aman (tanpa kolesteatoma) dan tipe berbahaya (dengan kolesteatoma). Kerusakan fungsi pendengaran sering terjadi sebagai gejala sisa.
Penyebab umum penyakit ini adalah bakteri aerob seperti Pseudomonas aeruginosa dan Staphylococcus aureus. Gejala meliputi keluarnya cairan persisten, penebalan mukosa telinga tengah, sensasi telinga penuh, gendang telinga pecah, dan gangguan pendengaran.
Terapi melibatkan antibiotik oral, dan tetes antibiotik topikal kombinasi untuk membersihkan, mengobati, dan mencegah infeksi berulang. Pasien juga diajarkan untuk menjaga telinga agar tetap kering untuk hasil pengobatan yang optimal.
3. Otitis Eksterna Difus
Otitis Eksterna Difus yang juga dikenal sebagai radang liang telinga dapat terjadi baik secara akut maupun kronis akibat infeksi bakteri, jamur, atau virus. Perubahan pH di liang telinga, khususnya menjadi basa dapat menurunkan proteksi terhadap infeksi. Lingkungan hangat dan lembap memungkinkan pertumbuhan bakteri dan jamur. Sedangkan kebiasaan mengorek telinga juga dapat menyebabkan otitis eksterna. Kuman penyebab umumnya termasuk Pseudomonas, Staphylococcus albus, Escherichia coli, dan lainnya.
Gejala otitis eksterna melibatkan infeksi pada kulit liang telinga bagian dalam, ditandai oleh kemerahan dan pembengkakan yang tidak jelas batasnya, nyeri tekan pada tragus, liang telinga yang sangat sempit, pembesaran dan nyeri tekan pada kelenjar getah bening regional, serta kotoran yang berbau.
Terapi melibatkan pembersihan liang telinga, pemasukan tampon antibiotika untuk memastikan kontak yang baik dengan kulit yang meradang, dan kadang-kadang memerlukan antibiotik sistemik.
4. Otitis Eksterna Maligna (OEM)
Otitis Eksterna Maligna (OEM) adalah infeksi telinga yang dapat mengancam jiwa, meskipun bukan suatu keganasan. Namun, OEM dapat menyebar ke jaringan sekitar dengan cara yang menyerupai keganasan. Infeksi ini dimulai sebagai otitis eksterna sederhana dan dapat menyebabkan osteomielitis tulang temporal. Pseudomonas aeruginosa merupakan penyebab utama, diikuti oleh jamur seperti Aspergillus fumigatus. OEM sering terjadi pada pasien dengan kekebalan tubuh yang lemah, seperti penderita diabetes, HIV, dan mereka yang menjalani kemoterapi.
Meskipun angka kejadian OEM telah mengalami penurunan berkat perkembangan antibiotik, infeksi ini masih sering terjadi pada individu berusia di atas 60 tahun, terutama pada laki-laki dan di daerah dengan kelembapan tinggi. Gejala OEM melibatkan nyeri, bengkak, benjolan, dan cairan pada liang telinga, serta keterlibatan saraf kranial. Terapi melibatkan penggunaan antibiotik sesuai dengan penyebab infeksi, sementara pembedahan menjadi opsi untuk pasien yang tidak merespons pengobatan obat.
Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin terdapat tes tambahan untuk mengetahui penyebab keluarnya cairan telinga.
5. Trauma
Trauma pada telinga dapat berkisar dari benturan kuat pada telinga hingga cedera kepala yang lebih serius. Dalam beberapa kasus, trauma dapat menyebabkan kerusakan pada struktur telinga dan jaringan sekitarnya, termasuk gendang telinga atau saluran telinga.
Jika ada kerusakan pada gendang telinga atau saluran telinga, cairan yang normalnya ada di dalam telinga tengah dapat keluar melalui gendang telinga yang rusak. Cairan ini mungkin berasal dari cairan telinga tengah, darah yang bocor akibat cedera, atau infeksi yang berkembang sebagai akibat dari cedera.
Baca Juga: Pemeriksaan Audiometri dalam Menjaga Kesehatan Pendengaran
6. Mastoiditis
Mastoiditis merupakan infeksi bakteri serius yang terjadi pada prosesus mastoid, proyeksi tulang di belakang daun telinga, yang mengelilingi telinga tengah. Meskipun lebih umum terjadi pada anak-anak, kondisi ini juga dapat menimpa orang dewasa dan dapat berakibat fatal jika tidak diobati. Penyebab utama mastoiditis adalah penyumbatan nanah dan cairan di tuba eustachius, menghambat drainase udara pada sel-sel mastoid di telinga tengah.
Gejala termasuk nyeri di bagian belakang telinga, kemerahan, bengkak, keluarnya cairan, pembengkakan daun telinga, serta berbagai gejala lain seperti sakit kepala, demam, dan kelemahan otot wajah. Pengobatan melibatkan antibiotik, seringkali melalui infus di rumah sakit. Jika pengobatan tidak berhasil, tindakan bedah seperti pemasangan pipa kecil pada gendang telinga atau pengangkatan sel-sel udara mastoid mungkin diperlukan.
Pencegahan melibatkan deteksi dini dan pengobatan infeksi telinga, serta pemberian vaksin pneumokokus untuk mencegah infeksi bakteri tertentu yang dapat menyebabkan mastoiditis.
7. Fraktur Tulang Temporal
Fraktur Tulang Temporal yang sering disebabkan oleh kecelakaan merupakan cedera kepala yang signifikan dengan 64% kasus terjadi akibat kecelakaan. Telah dilaporkan bahwa 30% dari seluruh kasus cedera kepala mengakibatkan fraktur tulang kepala dengan fraktur tulang temporal mencapai 14-22% dari seluruh fraktur tengkorak, terutama disebabkan oleh kecelakaan kendaraan bermotor.
Fraktur tersebut dapat diklasifikasikan menjadi longitudinal (80% kasus) dan tranversal (10% kasus), dengan gejala yang bervariasi, termasuk perdarahan telinga dan gangguan pendengaran. Komplikasi seperti paralisis otot fasialis terjadi pada sekitar 6-7% kasus. Terapi melibatkan penggunaan kortikosteroid sistemik dan terapi rehabilitasi komprehensif untuk memfasilitasi pemulihan. Gangguan pendengaran, baik konduksi maupun sensorineural, juga dapat terjadi, memerlukan penanganan yang berbeda sesuai dengan jenis gangguan tersebut.
Cara Mengatasi Telinga Keluar Cairan
Penting untuk diingat bahwa jika telinga mengeluarkan cairan, Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter THT atau profesional medis untuk diagnosis dan perawatan yang tepat. Di bawah ini adalah beberapa langkah umum yang mungkin dianjurkan oleh dokter untuk mengatasi telinga yang keluar cairan, tergantung pada penyebabnya:
1. Konsultasi Medis
Langkah pertama yang harus Anda lakukan adalah berkonsultasi dengan dokter THT atau profesional medis. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mungkin perlu melakukan tes tambahan untuk menentukan penyebab keluarnya cairan dari telinga Anda. Pengobatan yang direkomendasikan akan disesuaikan dengan diagnosis yang ditegakkan.
2. Antibiotik atau Obat Antijamur
Jika penyebabnya adalah infeksi bakteri atau jamur, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik atau obat antijamur untuk mengobati infeksi tersebut. Penting untuk mengikuti panduan penggunaan obat dengan benar.
Baca Juga: Merasakan 5 Gangguan Pada Telinga Anda? Segera Periksakan ke dokter THT!
3. Perawatan Telinga
Dokter mungkin akan membersihkan telinga Anda dengan hati-hati dan merawat area yang terkena. Penting untuk tidak mencoba membersihkan telinga sendiri, karena hal ini bisa memperburuk kondisi.
4. Pemantauan Gendang Telinga
Jika ada kerusakan pada gendang telinga atau gendang telinga berlubang, dokter akan memantau kondisi tersebut. Pada beberapa kasus, gendang telinga bisa sembuh sendiri, tetapi dalam kasus lain mungkin diperlukan intervensi medis.
5. Istirahat dan Perawatan Mandiri
Setelah mendapatkan pengobatan yang direkomendasikan oleh dokter, pastikan untuk memberikan istirahat yang cukup pada telinga yang terkena. Hindari menyentuh atau memasukkan benda apa pun ke dalam telinga. Jika ada rekomendasi untuk obat tetes telinga atau perawatan mandiri lainnya, pastikan untuk mengikuti petunjuk dokter.
Telah direview oleh dr. Olivia, SpTHT
Source:
- Apa Penyebab Kotoran Telinga dan Bagaimana Cara Mengobatinya?
- Apa yang Menyebabkan Drainase Telinga?
- Penyebab dan Pengobatan Drainase Telinga
- Otitis Eksterna Maligna
- Lesi Idiopatik, Menular dan Reaktif pada Telinga dan Tulang Temporal