Penyebab anosmia bisa berasal dari berbagai faktor, seperti infeksi virus, cedera kepala, atau gangguan pada saluran pernapasan atas. Selain itu, kondisi medis lain seperti sinusitis, polip hidung, atau penyakit neurodegeneratif juga dapat menyebabkan hilangnya indera penciuman.

Anosmia membuat seseorang kehilangan kemampuan untuk mencium bau.
Anosmia adalah ketidakmampuan seseorang untuk merasakan bau. Hal ini bisa bersifat sementara atau permanen dari bawaan.
Ada banyak penyebabnya, seperti penyumbatan pada hidung yang mencegah bau mencapai saraf penciuman dapat menyebabkan hilangnya indra penciuman. Penyumbatan ini bisa disebabkan oleh proses inflamasi seperti infeksi sederhana yang menyebabkan sumbatan lendir atau polip hidung.
Penyebab neurologis dapat mencakup gangguan pada saraf sensorik yang membentuk bohlam olfaktorius atau di mana saja di sepanjang jalur di mana sinyal penciuman ditransfer ke otak.
Penyebab Anosmia
Seperti yang sudah dijelaskan tadi, banyak faktor penyebab anosmia. Sebagai contoh, hidung tersumbat akibat flu, alergi, infeksi sinus, atau kualitas udara yang kurang baik bisa menjadi penyebab anosmia paling umum.
Penyebab anosmia lainnya meliputi:
1. Gangguan Peradangan dan Obstruktif
Penyebab lain anosmia yang perlu diperhatikan adalah gangguan peradangan dan obstruktif yang merupakan faktor utama dalam 50% hingga 70% kasus hilangnya indera penciuman. Kondisi seperti sinusitis, rinitis alergi, atau keberadaan polip hidung dapat menyebabkan peradangan pada saluran hidung dan sinus sehingga menghambat aliran udara serta mengganggu fungsi mukosa penciuman.
Ketika peradangan terjadi, reseptor penciuman di dalam hidung tidak dapat bekerja dengan optimal, sehingga menyebabkan penurunan atau bahkan hilangnya kemampuan mencium bau. Jika tidak ditangani dengan baik, kondisi ini bisa berlangsung dalam jangka panjang dan memengaruhi kualitas hidup penderitanya.
Baca Juga: 10 Penyebab Bau Mulut Menyengat dan Cara Mengatasinya
2. Cedera Kepala
Cedera kepala dapat menjadi penyebab umum anosmia karena dapat merusak hidung, sinus, atau jalur saraf penciuman. Trauma bisa mengakibatkan penyumbatan mekanis, cedera pada akson penciuman di pelat kribriformis, atau bahkan kerusakan pada bulbus olfaktorius dan area penciuman di otak.
Dalam beberapa kasus, anosmia akibat trauma sistem saraf pusat (SSP) bisa bersifat sementara atau permanen, tergantung pada tingkat kerusakannya. Namun, neuron penciuman memiliki kemampuan regeneratif sehingga pemulihan tetap mungkin terjadi, meskipun bisa memakan waktu.
3. Faktor Usia dan Proses Neurodegeneratif
Seiring bertambahnya usia, kemampuan penciuman menurun akibat berkurangnya jumlah sel olfaktorius dan menyusutnya epitel penciuman. Penurunan ini dapat berujung pada anosmia dan sering dikaitkan dengan penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer, Parkinson, dan demensia.
Studi menunjukkan bahwa gangguan penciuman bisa menjadi tanda awal penyakit ini, terutama karena keterkaitannya dengan akumulasi protein alpha-synuclein, yang berperan dalam Parkinson dan gangguan saraf lainnya. Oleh karena itu, deteksi dini anosmia dapat membantu mengidentifikasi risiko penyakit neurodegeneratif lebih awal.
4. Kondisi Infeksi
Anosmia sering kali muncul sebagai salah satu gejala awal dari berbagai infeksi, terutama yang menyerang saluran pernapasan. Beberapa infeksi yang dapat menyebabkan anosmia meliputi:
- COVID-19 – Salah satu gejala khas COVID-19 adalah hilangnya penciuman secara tiba-tiba tanpa adanya hidung tersumbat.
- Flu dan Pilek – Infeksi virus seperti influenza atau rhinovirus dapat menyebabkan peradangan pada saluran hidung sehingga menghambat kemampuan untuk mencium bau.
- Sinusitis – Peradangan pada sinus akibat infeksi bakteri atau virus dapat menghalangi jalur udara dan memengaruhi fungsi penciuman.
5. Kondisi Traumatis atau Obstruktif Lainnya
Anosmia juga dapat disebabkan oleh paparan agen toksik seperti asap rokok, obat-obatan, dan uap kimia yang merusak sel penciuman. Selain itu, trauma pada wajah yang menyebabkan deformitas hidung atau sinus, serta tumor di rongga hidung atau otak, dapat menghambat jalur penciuman.
Meningioma pada saluran penciuman sering diawali dengan gangguan penciuman yang memburuk secara bertahap. Perdarahan subarachnoid juga dapat merusak jalur penciuman, menyebabkan anosmia sementara atau permanen.
6. Kondisi Medis Tertentu
Beberapa kondisi medis dapat menyebabkan gangguan atau hilangnya indra penciuman (anosmia). Berikut adalah beberapa kondisi yang berpotensi menyebabkan anosmia:
- Diabetes Mellitus – Kadar gula darah yang tinggi dalam jangka panjang dapat merusak saraf, termasuk yang berperan dalam penciuman.
- Hipotiroidisme – Kekurangan hormon tiroid dapat memengaruhi fungsi saraf dan menyebabkan anosmia.
- Penyakit Parkinson – Gangguan neurodegeneratif ini sering dikaitkan dengan hilangnya penciuman sebagai gejala awal.
- Alzheimer – Penderita Alzheimer sering mengalami gangguan penciuman akibat kerusakan otak yang progresif.
- Stroke – Kerusakan pada otak akibat stroke dapat mengganggu kemampuan mencium bau.
- Sklerosis Multipel (MS) – Penyakit autoimun ini dapat memengaruhi saraf penciuman dan menyebabkan anosmia.
- Cedera Kepala – Trauma atau benturan keras pada kepala dapat merusak saraf penciuman dan menyebabkan hilangnya indra penciuman sementara atau permanen.
- Sinusitis Kronis – Peradangan jangka panjang pada sinus dapat menghambat kemampuan mencium bau.
- Polip Hidung – Pertumbuhan jaringan abnormal di dalam hidung dapat menghalangi aliran udara dan memengaruhi penciuman.
- Defisiensi Zinc – Kekurangan zinc dalam tubuh dapat menyebabkan gangguan penciuman, karena mineral ini berperan dalam fungsi saraf.
Baca Juga: ISPA Adalah: Kenali Gejala hingga Pengobatannya
Cara Mengatasi Anosmia
Jika anosmia disebabkan oleh hidung tersumbat karena pilek atau alergi, kondisi ini biasanya akan membaik dengan sendirinya tanpa pengobatan khusus. Namun, jika kondisi ini berlangsung lama atau semakin parah, penting untuk berkonsultasi dengan dokter guna mengetahui penyebab pastinya dan mendapatkan penanganan yang tepat.
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi anosmia, antara lain:
- Decongestants: Membantu mengurangi pembengkakan pada saluran hidung, sehingga pernapasan lebih lega dan indra penciuman kembali berfungsi.
- Antihistamines: Obat yang digunakan untuk mengatasi reaksi alergi yang dapat menyebabkan sumbatan pada saluran hidung dan gangguan penciuman.
- Steroid nasal sprays: Membantu mengurangi peradangan pada hidung dan membuka kembali saluran pernapasan, sehingga indra penciuman dapat pulih.
- Antibiotics: Diberikan jika anosmia disebabkan oleh infeksi bakteri, untuk mengatasi infeksi dan memulihkan fungsi penciuman.
Jika anosmia disebabkan oleh polip hidung atau gangguan struktural lainnya, dokter mungkin akan merekomendasikan prosedur medis seperti pembedahan untuk menghilangkan sumbatan. Bila anosmia terkait dengan obat yang Anda konsumsi, dokter dapat menyarankan penggantian obat dengan alternatif yang tidak memengaruhi penciuman Anda.
Sayangnya, tidak semua kasus anosmia dapat diobati, terutama jika penyebabnya adalah faktor usia atau kerusakan saraf penciuman yang permanen. Namun, dengan penanganan yang tepat, banyak kasus anosmia yang bisa dikelola dengan baik.
Baca Juga: Sering Batuk Pilek? Kenali Penyebab dan Pengobatannya
Jika Anda mengalami anosmia yang tidak kunjung membaik atau disertai gejala lain yang mengkhawatirkan, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter. Diagnosis yang tepat akan membantu menentukan penyebabnya dan memberikan penanganan yang sesuai.
Anda bisa berkonsultasi dengan tenaga medis profesional di Ciputra Medical Center untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh serta rekomendasi pengobatan yang tepat.
Telah direview oleh dr. Edwin Halim
Source:
- Healthline. What Is Anosmia?. Februari 2025.
- Cleveland Clinic. Anosmia (Loss of Sense of Smell). Februari 2025.