Audiometri adalah pemeriksaan yang digunakan untuk mengukur kemampuan pendengaran seseorang terhadap berbagai frekuensi dan intensitas suara. Tes ini bermanfaat untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini, menentukan tingkat keparahan, dan membantu dalam perencanaan pengobatan atau penggunaan alat bantu dengar jika diperlukan.

Audiometri berfungsi mendeteksi gangguan pendengaran.
Pernahkah Anda merasa sulit mendengar percakapan dalam keramaian atau harus menaikkan volume TV lebih tinggi dari biasanya? Bisa jadi itu tanda gangguan pendengaran yang perlu diperiksa.
Pemeriksaan kesehatan audiometri penting dilakukan jika Anda mengalami kesulitan mendengar, sering mendengar dengungan di telinga (tinnitus), atau memiliki riwayat terpapar suara keras dalam waktu lama. Tes ini melibatkan beberapa prosedur, seperti mengukur kemampuan mendengar nada murni, mengenali kata dalam berbagai tingkat kebisingan, hingga menilai respons saraf pendengaran.
Dengan pemeriksaan audiometri, dokter dapat menilai apakah pendengaran Anda masih dalam batas normal atau membutuhkan tindakan lebih lanjut, seperti terapi atau alat bantu dengar. Jika Anda memiliki gejala gangguan pendengaran, jangan ragu untuk melakukan tes ini demi kesehatan pendengaran yang optimal.
Apa Itu Pemeriksaan Audiometri dan Fungsinya?
Audiometri adalah pemeriksaan untuk mengukur kemampuan pendengaran seseorang terhadap berbagai tingkat volume (intensitas) dan frekuensi suara (nada). Pendengaran terjadi ketika gelombang suara merangsang saraf di telinga bagian dalam, lalu diteruskan ke otak melalui jalur saraf pendengaran.
Gelombang suara ini bisa mencapai telinga bagian dalam melalui saluran telinga, gendang telinga, dan tulang telinga tengah (konduksi udara) atau melalui tulang di sekitar dan belakang telinga (konduksi tulang). Pemeriksaan audiometri bertujuan untuk mendeteksi gangguan pendengaran, menentukan jenis serta tingkat keparahannya.
Hasil tes ini membantu dokter dalam menentukan langkah penanganan yang tepat, baik dengan alat bantu dengar, terapi, maupun tindakan medis lainnya. Pendengaran manusia diukur dalam satuan desibel (dB).
Orang dengan pendengaran normal biasanya dapat mendengar suara sekecil 20 dB, seperti bisikan. Namun, paparan suara di atas 85 dB dalam waktu lama dapat merusak koklea, yaitu bagian telinga dalam yang berperan dalam proses pendengaran.
Selain faktor suara keras, gangguan pendengaran juga bisa terjadi akibat penuaan. Menurut American Family Physician, sekitar 25% orang di atas usia 50 tahun mengalami penurunan pendengaran, dan angkanya meningkat menjadi 50% pada usia di atas 80 tahun.
Jika Anda merasa pendengaran mulai berkurang atau sering mengalami kesulitan dalam menangkap suara, sebaiknya lakukan pemeriksaan audiometri. Tes ini mencakup pengujian intensitas volume dan nada suara, keseimbangan, serta berbagai aspek lain yang berkaitan dengan fungsi telinga bagian dalam.
Baca Juga: Daftar Paket Medical Check Up Lengkap di Ciputra Medical Center
Seberapa Pentingnya Pemeriksaan Audiometri?
Tes audiometri adalah bagian penting dari medical check up untuk mengevaluasi tingkat pendengaran seseorang. Dengan menggunakan perangkat khusus, tes ini mengukur sejauh mana seseorang dapat mendengar bunyi dalam berbagai frekuensi.
Pemeriksaan dini sangat penting untuk menjaga kesehatan pendengaran serta meminimalkan risiko demensia dan kondisi medis lainnya. Pemeriksaan rutin juga membantu dalam memantau dan mencegah kerusakan pendengaran.
Dokter biasanya merekomendasikan tes pendengaran setiap 3–5 tahun bagi orang dewasa yang lebih muda. Sementara itu, bagi mereka yang berusia di atas 60 tahun, terutama yang bekerja di lingkungan bising atau memiliki riwayat gangguan pendengaran, tes pendengaran tahunan lebih dianjurkan.
Selain pada orang dewasa, pemeriksaan audiometri juga dapat dilakukan pada bayi yang baru lahir untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini. Tanpa tes pendengaran rutin, masalah pendengaran bisa tidak terdeteksi selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Deteksi dini sangat penting karena gangguan pendengaran pada anak dapat memengaruhi perkembangan bicara, bahasa, keterampilan sosial, dan pendidikan mereka.
Jenis Pemeriksaan Audiometri
Pemeriksaan audiometri dapat dilakukan di klinik atau rumah sakit yang menyediakan layanan tes pendengaran. Anda perlu mengisi kuesioner dan mendengarkan suara atau nada tertentu selama pemeriksaan telinga.
Anda harus memperhatikan instruksi dari petugas medis selama menjalani tes termasuk cara penggunaan earphone, cara merespons suara saat tes, serta apa yang diharapkan selama prosedur. Adapun tes audiometri adalah:
1. Pengujian Audiomteri Murni
Gunakan earphone yang terpasang pada audiometer. Anda akan duduk di ruangan yang tenang dengan mengenakan earphone. Kemudian, audiometer akan mengeluarkan suara dengan frekuensi dan intensitas yang berbeda.
Anda akan diminta untuk merespons dengan menekan tombol atau memberikan isyarat setiap kali mendengar suara. Tes ini akan dilakukan pada berbagai frekuensi untuk mengukur tingkat pendengaran Anda.
2. Pengujian Audiometri Ucapan
Tes ini melibatkan Anda untuk mendengarkan kata-kata atau kalimat yang diucapkan oleh petugas medis atau ahli audiologi melalui headphone. Anda akan diminta untuk mengulangi atau menanggapi kata-kata yang Anda dengar.
Tes ini membantu dalam mengevaluasi kemampuan pendengaran Anda dalam situasi komunikasi sehari-hari.
Baca Juga: Manfaat Medical Check Up: Investasi Terbaik untuk Kesehatan
3. Pengujian Melibatkan Immittance Audiometry
Parameter pengukuran dalam tes ini menggunakan probe yang dimasukkan ke dalam telinga dan udara dipompa melaluinya untuk mengubah tekanan di dalam telinga. Perangkat immittance audiometry akan mengubah tekanan udara dalam saluran telinga Anda dan respons telinga tengah terhadap perubahan ini akan direkam.
Hal ini membantu dalam mengevaluasi mobilitas tulang-tulang pendengaran (ossicles) dan deteksi kelainan pada telinga tengah.
4. Konduksi Tulang
Audiometri adalah pemeriksaan yang mengevaluasi apakah ada gangguan pada sel-sel rambut halus di koklea, bagian telinga dalam yang berfungsi mengirimkan getaran suara ke saraf pendengaran sebelum diteruskan ke otak. Jika terjadi masalah pada koklea, suara tidak dapat dihantarkan dengan baik, yang berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran.
5. Respons Batang Otak (ABR)
Respons Batang Otak (ABR) digunakan untuk memeriksa jalur saraf yang menghubungkan telinga bagian dalam dengan otak. Audiolog biasanya menerapkan metode ini untuk menilai pendengaran pada bayi, anak-anak, atau individu yang tidak dapat menjalani tes pendengaran standar.
Selain itu, ABR juga bermanfaat dalam mendeteksi gangguan pendengaran akibat cedera otak atau masalah saraf yang memengaruhi pendengaran.
6. Emisi Otoakustik (OAE)
Emisi Otoakustik (OAE) bertujuan untuk menilai respons telinga bagian dalam terhadap suara. Pemeriksaan ini sering diterapkan pada bayi baru lahir dan anak-anak untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini.
Jika telinga bagian dalam berfungsi dengan baik, suara yang masuk akan menghasilkan respons tertentu yang dapat diukur dengan alat khusus. Sebaliknya, jika tidak ada respons, kemungkinan terdapat gangguan pendengaran.
7. Timpanometri
Tes ini mengukur pergerakan gendang telinga dalam merespons perubahan tekanan udara di saluran telinga. Pemeriksaan ini membantu mendeteksi gangguan seperti gendang telinga yang pecah, penumpukan cairan di telinga tengah akibat infeksi, atau kotoran yang menyumbat saluran telinga.
Timpanometri penting untuk mengetahui apakah gangguan pendengaran berasal dari masalah di telinga tengah.
Seperti Apa Prosedur Audiometri?
Pemeriksaan audiometri dilakukan di ruangan kedap suara dengan menggunakan headphone yang terhubung ke alat penguji pendengaran. Suara dengan berbagai nada dan volume akan diperdengarkan ke masing-masing telinga secara bergantian.
Anda diminta merespons dengan mengangkat tangan atau menekan tombol saat mendengarnya. Selain tes utama, ada juga pemeriksaan tambahan seperti tes Rinne dan Weber untuk menentukan jenis gangguan pendengaran.
Tes pemahaman ucapan dilakukan dengan meminta Anda mengulangi kata-kata yang didengar pada volume yang bervariasi. Jika diperlukan, dokter akan melakukan timpanometri dan refleks akustik dengan memasukkan sumbat kecil ke dalam telinga untuk mengukur respons gendang telinga terhadap tekanan dan suara keras.
Seperti Apa Hasil Pemeriksaan Audiometri?
Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik seseorang dapat mendengar suara dengan berbagai frekuensi dan tingkat volume. Salah satu metode yang digunakan adalah pure tone audiometry, di mana pasien akan mendengarkan bunyi dengan nada berbeda melalui headphone.
Hasil tes ini dicatat dalam grafik yang disebut audiogram, yang menunjukkan kemampuan pendengaran setiap telinga. Biasanya, hasil untuk telinga kanan ditandai dengan simbol O merah.
Sedangkan telinga kiri dengan X biru. Dari grafik ini, dokter dapat melihat apakah ada gangguan pendengaran serta menentukan tingkat keparahannya.
Gangguan pendengaran dikategorikan berdasarkan tingkat kepekaan terhadap suara:
- Pendengaran normal: mampu mendengar suara di bawah 25 dB
- Gangguan ringan: kesulitan mendengar suara antara 25–40 dB
- Gangguan sedang: pendengaran terbatas pada suara 41–65 dB
- Gangguan berat: hanya bisa mendengar suara 66–90 dB
- Gangguan sangat berat: hanya bisa mendengar suara di atas 90 dB atau bahkan tidak mendengar sama sekali
Baca Juga: Prosedur Tes Kesehatan untuk Karyawan
Tes ini penting untuk mendeteksi gangguan pendengaran sejak dini sehingga langkah penanganan yang tepat bisa segera dilakukan.
Menjaga kesehatan pendengaran sangat penting untuk kualitas hidup yang lebih baik. Jika memiliki pertanyaan lebih lanjut atau ingin melakukan pemeriksaan audiometri, Anda dapat mengunjungi Ciputra Medical Center untuk konsultasi dan pemeriksaan lebih lanjut dengan tenaga medis profesional.
Jangan ragu untuk memastikan kesehatan pendengaran Anda sejak dini!
Telah direview oleh dr. Loyce Risnauli
Source:
- Cleveland Clinic. Hearing Test (Audiometry). Februari 2025.
- Medline Plus. Audiometry. Februari 2025.
- Mayfield Brain & Spine. Hearing (Audiometry) Test. Februari 2025.