Pemeriksaan fisik atau Physical Examination adalah tes rutin yang dilakukan oleh penyedia perawatan primer atau Primary Care Provider (PCP) untuk memeriksa kesehatan tubuh secara keseluruhan. Manfaat dari pemeriksaan ini adalah untuk mendeteksi penyakit lebih awal, mencegah penyakit, hingga memperbarui imunisasi.

Pemeriksaan fisik bertujuan menilai kesehatan dan mendeteksi penyakit.
Pemeriksaan fisik merupakan langkah penting untuk menjaga kesehatan dan mendeteksi penyakit sejak dini. Banyak orang baru memeriksakan diri saat sakit, padahal pemeriksaan rutin bisa membantu mencegah masalah kesehatan yang lebih serius.
Selain memantau kondisi tubuh seperti tekanan darah, kadar gula, dan kesehatan jantung, jenis pemeriksaan kesehatan ini juga menjadi kesempatan untuk berdiskusi dengan dokter tentang pola hidup sehat dan langkah pencegahan. Dengan rutin melakukan pemeriksaan, kita bisa menjaga kesehatan lebih baik dalam jangka panjang.
Lalu, apa saja teknik pemeriksaan fisik dan seberapa sering harus dilakukan? Yuk, simak selengkapnya dalam artikel ini!
Tujuan Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
Pemeriksaan fisik membantu PCP untuk menentukan status umum kesehatan Anda. Tes ini juga memberi Anda kesempatan untuk berbicara dengan mereka tentang rasa sakit atau gejala yang sedang Anda alami atau masalah kesehatan lain yang mungkin Anda miliki.
Pemeriksaan medical check up lengkap dianjurkan setidaknya setahun sekali, terutama pada orang di atas usia 50 tahun. Tujuan pemeriksaan fisik digunakan untuk:
- Memeriksa kemungkinan penyakit, sehingga dapat diobati lebih awal
- Mengidentifikasi masalah yang mungkin menjadi masalah medis di masa depan
- Memperbarui imunisasi yang diperlukan
- Memastikan bahwa Anda mempertahankan diet sehat dan rutin berolahraga
- Membangun hubungan dengan PCP Anda
Contoh pemeriksaan fisik, yaitu pemeriksaan fisik kepala, kolesterol, tekanan darah, dan kadar gula darah. Level-level ini mungkin tinggi tanpa Anda pernah menunjukkan tanda atau gejala apa pun.
Pemeriksaan secara teratur memungkinkan PCP Anda untuk merawat kondisi ini sebelum menjadi lebih parah. PCP Anda juga dapat melakukan pemeriksaan fisik sebelum operasi atau sebelum memulai perawatan untuk kondisi medis Anda.
Baca Juga: Mendapatkan Pemeriksaan Fisik / Medical Check Up
Hal yang Perlu Dipersiapkan Sebelum Pemeriksaan Fisik
Buat janji atau appointment terlebih dahulu dengan PCP pilihan Anda. Jika Anda memiliki PCP keluarga, mereka juga dapat memberi Anda pemeriksaan fisik.
Bila belum memiliki PCP, Anda dapat menghubungi asuransi kesehatan untuk meminta daftar penyedia di wilayah Anda. Anda harus mengumpulkan dokumen berikut sebelum pemeriksaan fisik:
- Daftar obat saat ini yang Anda gunakan, termasuk obat bebas dan suplemen herbal
- Daftar gejala atau rasa sakit yang Anda alami
- Hasil dari tes terbaru atau yang relevan
- Riwayat medis dan bedah
- Nama dan informasi kontak untuk dokter lain yang mungkin Anda temui baru-baru ini
- Jika Anda memiliki perangkat implan seperti alat pacu jantung atau defibrillator, bawa salinan bagian depan dan belakang kartu perangkat Anda
- Pertanyaan tambahan yang ingin Anda tanyakan
Anda dapat datang dengan mengenakan pakaian yang nyaman dan menghindari perhiasan, makeup, atau hal-hal lain yang berlebihan yang akan mencegah PCP Anda memeriksa tubuh Anda sepenuhnya.
Tahapan Dalam Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
Proses pemeriksaan fisik terdiri dari beberapa tahapan, mulai dari mengamati kondisi fisik hingga mendengarkan suara organ dalam. Berikut adalah tahapan-tahapan dalam pemeriksaan fisik yang perlu diketahui:
1. Inspeksi (Pemeriksaan dengan Pengamatan)
Tahap pertama dalam pemeriksaan fisik adalah inspeksi, yaitu mengamati kondisi fisik pasien secara keseluruhan. Dokter akan memperhatikan warna kulit, bentuk tubuh, postur, serta adanya luka, ruam, atau pembengkakan.
Selain itu, mereka juga memperhatikan ekspresi wajah, cara berjalan, serta tanda-tanda ketidaknyamanan atau nyeri yang mungkin dialami pasien. Observasi ini membantu dokter mendapatkan gambaran awal tentang kondisi kesehatan pasien.
2. Palpasi (Pemeriksaan dengan Perabaan)
Setelah inspeksi, dokter akan menggunakan tangan untuk meraba bagian tubuh tertentu guna mendeteksi adanya nyeri, pembengkakan, atau kelainan lainnya. Palpasi bisa dilakukan dengan tekanan ringan untuk memeriksa bagian luar tubuh atau tekanan lebih dalam untuk merasakan kondisi organ dalam.
Misalnya, saat berjabat tangan, dokter bisa merasakan suhu tubuh pasien. Jika terasa panas, bisa menjadi tanda demam.
Palpasi juga digunakan untuk menilai kekuatan otot dan kemungkinan adanya kekakuan otot yang tidak normal.
3. Perkusi (Pemeriksaan dengan Ketukan)
Pada tahap ini, dokter akan mengetuk bagian tubuh pasien dengan ujung jari untuk menilai kepadatan dan posisi organ dalam. Teknik ini berguna untuk mendeteksi adanya cairan berlebih atau udara dalam tubuh.
Misalnya, suara perkusi pada paru-paru bisa menunjukkan apakah organ tersebut terisi udara, cairan, atau mengalami kelainan lainnya. Teknik ini membutuhkan keterampilan khusus, tetapi sangat membantu dalam menegakkan diagnosis.
4. Auskultasi (Pemeriksaan dengan Mendengarkan Suara Tubuh)
Tahap terakhir dalam pemeriksaan fisik adalah auskultasi, yaitu mendengarkan suara organ dalam menggunakan stetoskop. Dokter akan mengevaluasi suara detak jantung, aliran darah, suara paru-paru, serta gerakan usus.
Dari suara-suara ini, dokter bisa mendeteksi kelainan seperti bising jantung, suara mengi pada paru-paru, atau gangguan pada sistem pencernaan. Untuk hasil yang akurat, penggunaan stetoskop berkualitas sangat penting dalam tahap ini.
Dengan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh, dokter dapat menilai kondisi kesehatan pasien lebih baik dan menentukan langkah selanjutnya, apakah diperlukan pemeriksaan lanjutan atau tindakan medis tertentu.
Baca Juga: Persiapan Medical Check Up
Jenis Pemeriksaan Fisik untuk Pria dan Wanita
Pemeriksaan fisik secara rutin sangat penting untuk menjaga kesehatan dan mencegah berbagai penyakit serius. Baik pria maupun wanita memiliki jenis pemeriksaan fisik berbeda sesuai dengan risiko kesehatan masing-masing.
Berikut adalah macam-macam pemeriksaan fisik yang direkomendasikan untuk pria dan wanita:
1. Pemeriksaan Fisik untuk Wanita
- Mammogram: Wanita dengan risiko rendah atau rata-rata terkena kanker payudara disarankan melakukan mammogram setiap dua tahun pada usia 50–74 tahun. Jika ada riwayat kanker payudara dalam keluarga, pemeriksaan bisa dilakukan lebih awal dan lebih sering sesuai anjuran dokter.
- Pemeriksaan Payudara: Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi benjolan atau tanda-tanda kanker payudara lainnya. Bisa dilakukan sendiri di rumah atau oleh dokter saat pemeriksaan fisik.
- Pap Smear: Pap smear digunakan untuk mendeteksi kanker serviks. Wanita disarankan mulai melakukan pap smear pada usia 21 tahun, lalu mengulanginya setiap tiga tahun jika kondisi kesehatan baik. Setelah usia 30 tahun, pap smear bisa dilakukan setiap lima tahun hingga usia 65 tahun. Di atas usia tersebut, sebagian besar wanita tidak memerlukan pap smear lagi.
- Pemeriksaan Panggul: Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengecek kondisi vagina, leher rahim (serviks), dan vulva. Tes ini bisa membantu mendeteksi infeksi menular seksual (IMS) atau masalah kesehatan lainnya.
- Tes Kolesterol: Wanita umumnya disarankan untuk mulai memeriksa kadar kolesterol pada usia 45 tahun. Namun, jika memiliki riwayat keluarga dengan diabetes atau penyakit jantung, pemeriksaan bisa dimulai sejak usia 20 tahun.
- Pemeriksaan Osteoporosis: Tes kepadatan tulang atau screening osteoporosis sebaiknya dilakukan mulai usia 65 tahun. Namun, jika memiliki kondisi medis tertentu, pemeriksaan bisa dimulai lebih awal.
2. Pemeriksaan Fisik untuk Pria
- Tes Kolesterol: Pria umumnya disarankan untuk mulai memeriksa kadar kolesterol pada usia 35 tahun. Namun, jika ada riwayat keluarga dengan diabetes atau penyakit jantung, pemeriksaan bisa dimulai sejak usia 20 tahun.
- Screening Kanker Prostat: Pemeriksaan kanker prostat menggunakan tes antigen spesifik prostat (PSA) dan pemeriksaan rektal digital tidak selalu direkomendasikan untuk semua pria. Konsultasikan dengan dokter, terutama bagi pria yang berusia 50 tahun ke atas atau memiliki riwayat keluarga dengan kanker prostat, yang mungkin perlu mulai pemeriksaan sejak usia 40 tahun.
- Pemeriksaan Testis: Dokter mungkin akan memeriksa testis untuk mendeteksi adanya benjolan, perubahan ukuran, atau tanda-tanda lain yang mencurigakan. Pemeriksaan ini penting untuk mendeteksi kanker testis atau gangguan kesehatan lainnya.
- Screening Aneurisma Aorta Abdominal: Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan sekali seumur hidup dengan USG untuk mendeteksi pelebaran abnormal pada pembuluh darah utama di perut. Rekomendasi ini khusus bagi pria berusia 65–75 tahun yang pernah merokok.
3. Pria dan Wanita
- Tes Kanker Usus Besar (Kolorektal): Pemeriksaan untuk mendeteksi kanker usus besar biasanya mulai dilakukan pada usia 50 tahun. Namun, jika ada riwayat keluarga atau kondisi kesehatan tertentu, pemeriksaan bisa dilakukan lebih awal sesuai rekomendasi dokter.
- Skrining Kanker Paru-Paru: Bagi pria dan wanita berusia 55–80 tahun yang memiliki riwayat merokok dalam jangka waktu lama atau masih merokok, disarankan menjalani CT scan dosis rendah setiap tahun untuk mendeteksi kanker paru-paru. Jika Anda pernah merokok, konsultasikan dengan dokter apakah Anda perlu menjalani pemeriksaan ini.
- Skrining Depresi: Banyak orang tidak menyadari gejala depresi karena sering dikira sebagai masalah biasa. Oleh karena itu, pemeriksaan depresi secara rutin saat pemeriksaan kesehatan dapat membantu dokter mengetahui apakah gejala yang Anda alami berkaitan dengan depresi.
- Tes Diabetes: Jika Anda memiliki faktor risiko seperti riwayat keluarga, kelebihan berat badan, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi, sebaiknya lakukan pemeriksaan diabetes. Tes yang umum dilakukan adalah tes gula darah puasa atau tes A1C.
- Tes Hepatitis C: Orang yang lahir antara tahun 1945–1965 disarankan menjalani tes darah sekali seumur hidup untuk mendeteksi hepatitis C.
- Vaksinasi: Vaksin tidak hanya penting untuk anak-anak, tetapi juga untuk orang dewasa. Pastikan Anda mendapatkan vaksin sesuai usia dan kebutuhan kesehatan. Konsultasikan dengan dokter mengenai vaksin yang perlu Anda ambil.
- Skrining Penyakit Menular Seksual (PMS): Jika Anda aktif secara seksual, dokter mungkin menyarankan tes rutin untuk mendeteksi penyakit menular seksual (PMS) seperti HIV dan sifilis, tergantung pada riwayat seksual Anda.
- Tes HIV: Dokter mungkin merekomendasikan tes HIV sekali seumur hidup sebagai langkah pencegahan. Jika Anda sering berhubungan seksual tanpa perlindungan, tes ini mungkin perlu dilakukan lebih dari sekali.
- Tes Sifilis: Tes sifilis direkomendasikan bagi ibu hamil atau mereka yang berisiko tinggi terhadap infeksi ini.
Baca Juga: Yuk, Kenali Prosedur MCU Karyawan
Menjaga kesehatan bukan hanya tentang mengobati penyakit, tetapi juga mencegahnya sebelum berkembang lebih parah. Dengan melakukan pemeriksaan fisik secara rutin, Anda dapat mendeteksi masalah kesehatan lebih awal dan mengambil langkah yang tepat untuk menjaga tubuh tetap prima.
Untuk pemeriksaan kesehatan lengkap dan terpercaya, kunjungi layanan Medical Check-Up di CMC dan dapatkan layanan terbaik sesuai kebutuhan Anda.
Telah direview oleh dr. Ani
Source:
- Healthline. Getting a Physical Examination. Februari 2025.
- Cleveland Clinic. Physical Examination. Februari 2025.